Ach. Firman Wahyudi, Alumni Etos ID, Berbagi Pengalaman BerIslam di Negeri Sakura

Sabtu (23/03)- Telah berlangsung Taujih Subuh yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Etos ID dan Alumni BAKTI NUSA Regional Bogor.

Membuka subuh hari dengan taman surga majelis ilmu dengan tema “Menjaga Iman dan Budaya Kesalihan di Negeri Minoritas Muslim: Pengalaman dari Negeri Sakura” yang dibawakan oleh Ach. Firman Wahyudi, SE., M.Si.

Ach. Firman Wahyudi merupakan alumni penerima manfaat Etos ID Angkatan 2006 Wilayah Bogor, yang saat ini diamanahi sebagai Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Jepang.

Juga sedang menyelesaikan studi S3 Universitas Tokyo. Beliau merupakan dosen aktif IPB University yang pernah menjadi Manajer Wilayah BAKTI NUSA Bogor.

Berbekal ilmu dan kompetensi sebagai seorang akademisi, filantropi, dan juga muslim yg tangguh, beliau menceritakan pengalaman menjaga keimanan di lingkungan minoritas. Beliau berjuang bersama keluarga muslim internasional dalam mempertahankan budaya kesalihan untuk menjaga para muslim-muslimah Indonesia di Jepang melalui Dompet Dhuafa. Alhamdulillah Islam di Jepang mendapat fasilitas yang memadai meskipun secara jumlah tidak sebanyak di Indonesia, salah satunya masjid yang mungil dan jaraknya cukup jauh di beberapa wilayah.

Wahyu bercerita bahwa orang Jepang sangat disiplin. Maka pelajaran ini harus diambil oleh kita, bahwa muslim seharusnya memiliki kedisiplinan yang baik, karena setiap hari dididik dan dilatih untuk disiplin, seperti halnya sholat lima waktu, yang telah ditentukan waktunya.

Ada beberapa tantangan yang dihadapi diantaranya jauhnya lokasi masjid. Lalu kultur masyarakat yang berbeda dengan di Indonesia dimana ketika sudah berusia 20 tahun, maka mereka bebas menentukan pilihan karena dianggap sudah dewasa.

Pada sesi ini beliau berpesan 3 hal yang harus dilakukan jika ada rencana untuk ke luar negeri baik studi maupun yang lainnya, antara lain:
1. Meningkatkan ilmu agama. Alhamdulillah, di Etos ID (Beastudi Etos) narasumber mendapatkan pembekalan agama dan nilai yang kuat, sehingga sangat siap ketika berkiprah di manapun.
2. Menciptakan lingkungan positif. Jika tidak bisa mendapatkan lingkungan yang
islami, maka ciptakanlah.
3. Komitmen dalam ibadah dan dakwah

Begitulah kisahnya, sungguh perjuangan menjaga iman dan budaya kesalihan di negeri minoritas, menjadi ruang jihad fii sabilillah yang nyata. Semoga mendapat keberkahan dan diberikan istiqomah dalam kesalihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *